Berita

Berita tentang Sekolah

Artikel

Artikel (8)

Angka Sembilan Angka Pengubah Nasibku, Yang Kudamba ialah Kebebasan

(A. Bame,OSA)

Lirikan lagu kaka besarku “hidup ini hanya misteri [..…] yang kudamba yang kunanti tiada lain, hanya kebebasan” membuatku terus berpikir dan berharap tentang mimpi besar dari sebuah bangsa di bagian barat Pulau Papua yang dilumpuhkan oleh kesalahan besar akibat kerakusan-hasrat berkuasa dan dominasi besar segelintir   orang baik pebisnis, politisi maupun tokoh agama, tokoh adat masyarakat/adat serta negara yang bermental mafia, kapitalis, oligarkis dan colonizer yang memainkan cara kotor dan keras serta jahat. Sambil memikirkan itu, aku berusaha menghubungkan dengan angka yang penuh misteri, pembawa maut, angka paling mematikan bagi bangsa Papua. Namanya angka Sembilan. Mengapa angka? Karena bahasa deskriptif, bisa saja berubah tergantung siapa yang berkuasa, siapa yang bisa berceritera banyak tetapi angka akan terus menyampaikan kepastian.

Lagi-lagi angka Sembilan. Namanya angka Sembilan. Di sepak bola, sangat penting angka ini bagi pemiliknya. Kedua, adik dari angka ini yakni angka Delapan adalah angka kesempurnaan dari orang di Asia Timur sedangkan Tujuh menjadi angka yang memiliki makna kesempurnaan dan keberuntungan, kesempurnaan penciptaan, anugerah dan berkat bagi keturunan Abraham (darah maupun iman).

Angka Sembilan membangunkan aku dari tidur panjang. Ternyata aku lahir tanggal 29 yang juga merupakan pesta Malaikat Agung, bulan Sembilan, tiga puluh enam tahun yang lalu. Angka Sembilan menyadarkan aku dari mimpi ke realitas. Angka ini menarik aku keluar dari kertas ke realitas. Angka Sembilan mengingatkan aku akan dosa lupa. Angka Sembilan mendorong aku untuk berbicara dan berbuat.

Aku bangun, melihat realitas, dan bertanya dan bertanya. Aku berpikkir dan bertanya; hidup di negeri manusia bukan mauku. Aku berada di pulau ini bukan kehendakku. Tapi aku tahu, dari awal aku diadakan, maka aku berada di sini. Dari Adam sampai Yesus, dari Adam sampai Muhamad. Dari Alfa hingga Omega aku di sini, di negeriku ini, Papua. Dari hidup sampai mati aku adalah manusia, aku sadar akan itu. Hitam kulit,keriting rambut, aku Papua menceriterakan identitas fisikku. Biarpun nanti langit terbelah, aku Papua menyatakan kesadaranku atas eksisitensi diriku yang tak dapat dibagi-dipilah, ditukar dan ditawar, ditipu dan ditiadakan.

Kembali lagi, dari Adam sampai Yesus, dari Adam sampai Muhamad. Dari Alfa hingga Omega aku di sini, di negeriku ini, Papua. Siapa yang bilang aku bukan manusia? Apalagi menyamakan aku dengan hewan tertentu. Mungkin mereka lebih dahulu berasal dari sana pula! Di sini, di tempatku, aku sungguh menikmati kelimpahan, kebebasan dan kebahagian sebelum mengenal engkau. Kedamaian dan persaudaran dengan semua ciptaan sebagi temanku. Tak ada yang kurang dan hilang dariku, terima kasih Tuhan. Tanah leluhurku sudah ada, bahasaku, busurku, atapku sudah dipakai. Aku menikmati kebahagian dan kelimpahan, merasa tak ada yang kurang.

Namun angka sembilan telah merampas semuanya dariku. Enam Sembilan buah kesombong dan kebohongan dipanen setelah beberapa tahun pembibitan yang dilakukan oleh para penjahat demokrasi dan kebebasan. Enam Sembilan aku dimasukan dengan rayuan maut dan moncong pelatuk maut. Enam Sembilan paksaan dan intimidasi mewarnai sebelum dan saat pesta rakyat yang bertentangan dengan NYA-1962 dilaksanakan. Aku harus memilih satu M dari 2M: Masuk atau Mati; Manut atau Maut. Aku diantara pilihan Lanjut atau Lepas, Lari atau Lawan, Maju atau Mundur. Enam Sembilan aku terpaksa mengakui ceritera dan membenarkan narasi bahwa aku dilahirkan premature oleh seekor burung gagah perkasa yang berbeda dan tak kukenal. Padahal induk sejatiku ialah burung surgawi. Enam sembilan kupikir, burung surgawi, ternyata burung duniawi yang tak kukenal. Betapa susah kubayangkan apa jadinya jika telur yang berbeda itu ketika diretas dan dipelihara oleh burung duniawi. Fisik-ku dan diriku serta harta kepunyaanku menjadi ancaman, keuntungan, rampasan dan hinaan mereka. Enam Sembilan aku dimasukan bukan karena diriku, bulu emasku, suara indahku, ketajaman mataku, keindahan tarianku dan kelincahkan terkaman mangsaku tetapi karena gunung emasku, tempat aku menari. Ternyata mimpi besarku sebagai sebuah bangsa dilumpuhkan oleh kesalahan besar akibat kerakusan-hasrat berkuasa dan dominasi besar segelintir orang dan negara yang bermental mafia, kapitalis, oligarkis dan colonizer yang memainkan cara kotor dan keras serta jahat.

 

Para penikmat gunung emasku yang dijaga jutaan tahun berpesta pora. Hanya enam kata ini yang menceriterakan tentang diri mereka: Rakus, Rekayasa, Ribut, Rebut, Rampas dan Rusak-Robek. Dari enam Sembilan aku tahu, kerakusan mendorong mereka merekayasa. Lalu merampas dan mengusai hingga merusak segalanya dariku termasuk harkat, derajat, martabat dan hak-hak. Dari enam Sembilan itu aku memberontak demi nilai-nilai hidupku, demi hak-hak personal dan komunal. Dari enam sembilan pula air mata dan darah terus mengalir.

Angka sembilan belas tahun dua ribu sembilas membuatku sadar. Aku sadar bahwa aku diperlakukan demikian, meskipun aku tidak menerima. Itu karena aku bukan dari bangsa ini, kata mereka. Bagi mereka iya memang benar, aku dari bangsa lain. Aku dari dunia lain, bangsa monyet, aku dari kaum binatang. Existensiku sebagai manusia ditiadakan oleh mereka. Pantas mereka merampas hakku, menginjak martabatku. Mereka merusak alamku, sumber hidupku. Mereka menghancurkanku dari atas ke bawah, kiri ke kanan, dari ujung kepala lewat belakang hingga ekor.

Aku takut bercampur marah tetapi tak berdaya. Aku kecewa sambil meratap tapi tak dipandang dan didengar. Pikiriku, tak ada yang lain selain melawan. Kumau berjuang untuk melawan demi membela martabatku tetapi sangat susah. Semakin aku berteriak semakin kencang serangan balik. Semakin aku berusaha semakin banyak korban berjatuhan dan semakin banyak darah yang mengalir. Perlawananku demi martabat dan hak-hak pribadi dan bangsaku hanya melahirkan ketidakadilan ke ketidakadilan, pelanggaran yang satu ke pelanggaraan yang lain. Hasil perlawananku bagaikan menangkap angin. Tetapi aku tetap berharap karena keyakinanku mengajarkan demikian.

Aku meminta bantuan, entah ke mana. Negara besar, adidaya, sangat mustahil karena ada kepentingan bisnis di sana; USA dengan Freeport di Timika, Inggris dengan BP di Bintuni, dll. Negara kecil sebangsaku, bisa membantu tetapi sejaumana komitmen dan hasrat mereka. Lebih sakit ketika saudara sebangsa menjadi pengkhianat. Musuh dalam selimut jauh lebih berbahaya daripada musuh di rumah sebelah. Aku meminta bantuan tetapi aku menjadi ragu juga karena lobby penguasa Indo sangat dahsyat juga. Jangan heran kalau negara-negara kecil sebaangsaku atau negara besar takut bicara yang benar karena mereka juga butuh duit dan proyek besar. Mereka juga pasti ada posisi dan sikap tawarnya. Aku tidak tahu kira-kira berapa juta dollar mereka dapat dari penguasa Indo. Proyek apa yang mereka dapat. Tetapi aku sadar dan yakin, perjuangan bangsaku tidak harus bergantung dan berharap pada mereka karena mereka memiliki misi sendiri untuk negara dan rakyat mereka. Aku harus kuat dan tetap berjuang.

Hanya satu yang kudambakan dan kubutuhkan yakni kebebasan. Kebebasan membawa keadilan, kedamaian bagi diriku, bangsaku. Kebebasan menjamin kebahagiaan sejati bangsaku.

Banyak jalan ke sana tetapi yang paling awal dan cocok ialah duduk bicara. Aku dan yang lain, yang berlawananan denganku duduk di para-para, honai, amah yang sama sambil buka diri, buka hati, buka mata, buka pikiran, buka masa lalu, lihat masa kini, buat rencana masa depan. Masalah bisa selesai dengan mudah, murah, meriah dan memuaskan lewat bicara dari hati ke hati, otak dengan otak bukan dengan otak dan otot, sejawat dan senjata. Masalah bisa selesai dengan cepat, tepat dan bermanfaat bersar ketika komunikasi, dialog menjadi sarana penyelesaiannya. Kita duduk bicara bukan untuk mencari tahu kesalahan, menghakimi, menghukum, menguntuk satu sama lain tetapi untuk memahami dan menyadari jantung-inti masalah, mengakui dan menerima, memaafkan dan dimaafkan, menolak yang tidak baik dan berjanji tidak mengulangi, merapatkan barisan, menyusun komitmen baru dan bergerak bersama. Maka pintu rumah, rumah diriku, rumah bangsaku, rumahmu harus dibuka. Buka. Susah kha? Apa yang susah? Tidak perlu takut sebelum berbicara. Jika dunia menutup rapat pintu dan aku menutup rapat diriku, masalah lama melahirkan masalah lama, masalah melahirkan masalah baru, masalah yang baru melahirkan masalah baru yang lain, masalah demi masalah akan terus terjadi. Mari, angka Sembilan buat kitong duduk bicara.

Athanasius Bame,OSA Anggota Biara OSA Papua

Rabu, 31 Agustus 2022 02:34

Goura & Senof: Bawa pulang Medali Emas

Ditulis oleh

GOURA PATTISELANNO DAN JUSTINUS MARCOS SERANG

BAWAH PULANG MEDALI EMAS DALAM WORLD SCIENCE ENVIRONMENT AND ENGINERING COMPETITION (WSEEC) 

UNIVERSITAS INDONESIA (17-20 JULI 2022)

Goura dan Senof(akrabnya) bersama dengan Sarah Simanjuntak dan Kezia Bustan (SMA N 1 Manokwari) dan Petrus G.C. Saiba (SMA N 2 Manokwari) adalah  5 siswa yang diseleksi dari beberapa sekolah di Kabupaten Manokwari oleh Yayasan Indonesia Sejahterah Barokah (YISB) untuk mengikuti ajang WEESC) di Universitas Indonesia (UI) pada tanggal 17-20 Juli 2022). Mereka berhasil dalam kompetisi ini dengan memboyong Medali Emas dan satu Penghargaan dari Macedonia Awards 2022. Sungguh ini merupakan suatu kebanggaan bagi Goura dan Senof juga ketiga kawan-kawannya, membanggakan orangtua serta nama sekolah menjadi viral. 

Ajang kompetisi sains internasional ini adalah ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scienties Associantien (IYSA) karena melibatkan beberapa negara Asia bahkan beberapa dari Eropa. Kompetisi ini menuntut keabsahan/kemurinian dan kevalidan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peserta. Semuanya harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah pada dewan juri. Pada tahun ini (2022) rupanya ada angin segar dari Papua Barat khususnya kabupaten Manokwari. Karena para pelajar di Kabupaten Manokwari memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Kali ini semua penyelenggaraan ditanggulangi oleh Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah (YISB).

Goura dan kawan-kawan adalah peserta hasil seleksi dari beberapa sekolah di Kabupaten Manokwari pada bulan Juni 2022. Kurang lebih ada 37 peserta yang diseleksi oleh pak. Budi Santoso, M.Pd. Dari 37 siswa terpilihlah  lima siswa sebagaimana disebutkan di atas. Ke lima siswa ini digenjot melalui pendampingan dan bimbingan kurang lebih 2 bulan, baik secara offline maupun online. Seringkali terbesit bahwa mereka sudah tidak sanggup, karena banyaknya tugas penelitian dan membuat beberapa presentasi dari hasil penelitian. Kegagalan demi kegagalan dalam penelitiannya kadang membuat mereka kendor dalam semangat, namun para pembimbing dan pendamping terus membantu dengan memberikan motivasi dan semangat untuk terus berjuang KAMU BISA. Mengingat materi penelitian mereka cukup berat, yakni membuat BARAPEN dalam bentuk kategori ilmiah. Mereka meneliti tentang Proses pembuatan BARAPEN salah satu tradisi memasak B2 dari Papua dengan rumus fisika, kimia dan biologi. Ditambah lagi bahwa presentasi terhadap hasil penelitian mereka harus disampaikan dalam Bahasa Inggris. Bagi Goura dan Justinus bahasa Inggris adalah bahasa yang telah mereka dalami kurang lebih 3 tahun ketika berada di Australia. Sehingga modal untuk berbahasa telah menjadi dasar yang kuat dalam diri mereka berdua. 

Selama kurang lebih 2 Minggu Goura dan kawan-kawan mengikuti WSEEC, dan mendapatkan medali Emas juga Macedonia Awards. Pada tanggal 24 Juli 2022 mereka kembali ke Manokwari untuk membawa kabar gembira ini. Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat memberi Apresiasi bagi ke lima pelajar ini sekembalinya mereka ke tanah air Manokwari. Kepala Dinas Barnabas Dowansiba dan Kepala Bidang SMA Timotius Kambu, menyambut ke lima pelajar ini di Bandara Rendani-Manokwari. Dalam penyambutannya, ke lima pelajar ini diberikan cindramata dari Dinas Pendidikan sebagai ungkapan selamat. Kepala dinas mengatakan dalam wawancaranya yang dilansir dalam Papua Barat TV bahwa akan terus mengakomodir kegiatan-kegiatan yang menunjang SDM anak-anak di Papua Barat melalui kompetisi-kompetisi baik, lokal, nasional bahkan internasional.

Setelah penerimaan oleh dinas pendidikan di bandar udara Rendani-Manokwari, ke lima pelajar ini diarak-arak mengelilingi kota Manokwari oleh orangtua, para peserta dan pemerhati Pendidikan. Penyambutan-penyambutan di tiga sekolah diberikan kepada ke lima anak-anak ini. Teristimewah Goura dan Justinus, disambut dengan meriah oleh para pelajar SMAKVILL dengan marchingband. Ini adalah bentuk rasa syukur dan bangga dari kami sekalian atas prestasi yang diterima oleh kedua anak kami. Harapannya bahwa semoga dengan hasil yang diterima oleh Goura dan Senof, tidak membuat mereka menjadi sombong, melainkan memotivasi adik-adiknya untuk terus belajar dan bersaing. Goura dan Senof saat ini duduk di bangkus SMAKVILL kelas XII program MIPA.

Ke lima pelajar Manokwari ini didampingi oleh Pak Budi Santoso, M.Pd melalui Yayasan Terang Papua dalam persiapan selama kurang lebih 3 bulan. Goura dkk melakukan seDSC_0574.jpgbuah penelitian sains berkaitan dengan Barapen (yang merupakan salah satu tradisi budaya orang Papua tentang bakar batu). Mereka mencoba menjelaskan proses barapen dari sisi ilmiah dengan melakukan uji coba lab. Rupanya usaha dari ke lima pelajar ini dapat dipertanggungjawabkan dalam presentasinya kepada dewan juri. Apresiasi dan dukungan diberikan oleh para dewan juri untuk kelima pelajar hebat ini. Mereka telah dipersiapkan dengan begitu baik oleh Pak Budi Santoso, sehingga mendapatkan hasil yang baik.

WEESC yang diselenggarakan di Universita Indonesia tahun ini melibatkan 23 negara dengan 300 kelompok peserta dari jenjang Sekolah Dasar-Universitas. Kompetisi ini dilakukan baik secara offline maupun online.  Pengalaman ikut dalam kompetisi WSEEC adalah pengalaman pertama yang membanggakan para pelajar dari Manokwari Papua Barat. Harapan untuk juara memang memiliki kemungkinan kecil, tetapi Tuhan berkehendak lain bahwa ke lima anak kami mampu mendapatkan Medali Emas dalam kompetisi WSEEC dan mendapat penghargaan dari Macedonia Awards. Luapan kebahagiaan, kegembiraan dan syukur menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Orang tua, Yayasan Indonesia Sejahtra Barokah (YSIB), Yayasan Terang Papua dan juga ketiga instansi pendidikan mendapatkan reword yang baik dari hasil yang diperoleh ke lima anak-anak ini. Selanjutnya, pada bulan september Goura dkk akan melanjutkan kompetisi ini di Kuala Lumpur Malaysia ditingkat yang lebih besar. Semoga hasil yang terbaik dapat mereka peroleh. 

Selamat dan Sukses

#SMAKVILL UNGGUL#SMAKVILL BISA#

SA

 

Bertemu Karena Kita Terpisah, Berpisah Supaya Kita Bertemu: Perpisahan Angkatan Kesepulah SMA Katolik Villanova

P. Athanasius Bame,OSA

 Sekilas Mengenai SMA Katolik Villanova

SMA Katolik Villanova (selanjutnya SMAKVIL) merupakan sekolah Augustinian pertama di Papua dan beroperasi sejak Juli 2010. Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Ordo Santo Agustinus (YOSA) ini merupakan salah unit karya pelayanan pendidikan Ordo Santo Agustinus Vikariat “Christus Totus” Papua. SMAKVIL terletak di Kampung Susweni Manokwari Timur, Papua Barat, sebuah kampung yang berada di pinggir kota Manokwari. SMA ini sebagai satu-satunya Sekolah Menengah Atas di kota Manokwari yang menggunakan sistem pendidikan berpola asrama di mana sebagian besar muridnya berdomisili di asrama baik Asrama Putra Mendel maupun Asrama Putri St. Rita dan mengikuti kegiatan pembinaan yang dirancang dan ditawarkan oleh para pembina. Melalui sistem yang dianggap sangat efektif ini, sekolah ini menawarkan suatu pendidikan dan pembinaan manusia secara integral di mana aspek intelektual, emotional, sosial dan spiritual menjadi titik tolak dan tujuan pendidikan. Alasan dan motivasi utama dari pendirian lembaga pendidikan ini adalah kesadaran akan masalah-masalah di sektor pendidikan di Papua (kualitas, akses, manajemen, konflik sosio-kultural) yang berdampak langsung bagi generasi muda, keprihatinan akan sedikitnya lembaga pendidikan yang berkualitas di Papua, rendahnya mutu peserta didik yang bersaing di level selanjutnya, semangat pembangunan generasi muda Papua atau khususnya Orang Asli Papua (OAP), bentuk implementasi spiritualitas Ordo khususnya karya-apostolate pendidikan dan rekam jejak keberhasilan dan sejarah keterlibatan para Agustinian di bidang pelayanan pendidikan di Keuskupan Manokwari-Sorong. Karena sekolah ini menggunakan nama Santo Thomas dari Villanova, pelindung studi dalam Ordo Santo Agustinus, para guru dan pembina di SMAKVILL selalu berusaha memadukan nilai-nilai pendidikan Agustinian dalam semua proses pengajaran, pendidikan dan pembinaan baik dalam akademik maupun non-akademik. Nilai-nilai itu ialah Kebenaran-Pengetahuan (Veritas), Kesatuan-Komunitas (Unitas) dan Kasih-Pelayanan (Caritas).

 

Perayaan Perpisahan Angkatan Kesepuluh

Pada Selasa, 10 Mei 2022 para siswa-siswi SMAKVIL angkatan kesepuluh mengadakan perpisahan dengan para guru dan karyawan-karyawati, kelas X dan XI, para pembina asrama di Aula Navis. Kegiatan perpisahan diawali dengan misa perutusan yang dipimpin oleh P. Hilarius Soro,OSA dan didamping oleh empat pastor konselebran.

Meskipun cuaca saat itu tidak mendukung, misa perutusan tetap dimulai pukul 10.00 WIT. Para siswa-siswi, guru dan beberapa orangtua telah menempati kursi-kursi yang disiapkan. Para siswa-siswi pengurus OSIS mendukung perayaan ekaristi dengan lagu-lagu yang sudah disiapakan. Dalam homilinya pater Athan Bame,OSA memberikan sebuah sharing mengenai menjadi gembala baik di bidang pendidikan. Yesus memberi kita beberapa kriteria/model untuk menjadi pemimpin Kristen.

Khusus bagi para pendidik, kita adalah sarana dari Tuhan yang bekerja dengan-Nya dan satu sama lain untuk membawa perubahan positif dalam kehidupan masyarakat dan secara khusus generasi muda Papua. Pater Athan memberikan lima kriteria menjadi gembala yang baik dalam hubungannya dengan menjadi guru dan pendidik Agustinian dalam konteks Papua yang diambil dari bagian akhir tulisannya dan terinspirasi dari karya Kevin Leman and William Pentak (2004): The Way of the Shepherd, 7 Ancient Secrets to Managing Productive People. Kriteria tersebut ialah sebagai berikut: Realitas manusia Papua (the real situation of Papua): kesadaran atau pengalaman akan realitas Papua; pengetahuan (knowledge): menyadari dan mengetahui situasi konkrit pergumulan masyarakat, situasi/problem pendidikan di Papua (akses, kualitas dan managemen), kebutuhan, keadaan diri para murid, hasrat mereka; mengambil resiko (take risk) dan merespon (respond): berani mengambil resiko kecil atau besar untuk menjawab kebutuhan yakni transformasi sosial daripada hanya diam dan sibuk pelayanan sakramen belaka serta membangun dan mengembangkan sebuah model berpikir dan bertindak yakni service-oriented mindset daripada profit-oriented mindset; dedikasi (dedication): siap mempersembahkan diri kita untuk tujuan yang lebih tinggi, kesediaan kita untuk bersusah payah demi kawanan kita (siswa dan masyarakat); keteladanan (example): Kita diminta untuk mencontoh keaslian, integritas, dan kasih sayang; dan menetapkan standar kinerja yang tinggi; memiliki tujuan (purpose): Tujuan tertinggi kita adalah membangun manusia terlebih dahulu sebelum membangun bangunan agar murid dapat berjalan dan diantar menuju pencerahan, pengharapan dan pembebasan.

Seusai misa perutusan, Claudia Debriyanti mewakili teman-teman angkatan kesepuluh menyampaikan sambutan perpisahannya. Pak Imbenai mewakili orangtua para peserta didik kelas XII memberikan sambutan di mana dia mengucapkan terimaksih kepada para guru di sekolah serta pihak yayasan penyelengara satuan pendidikan, para pembina di asrama putra dan putri dan Ordo Santo Agustinus atas pengajaran, pendidikan, perhatian, bimbingan dan segala macam bantuan yang telah diberikan. Dia juga berharap agar semua orangtua dan pihak-pihak terkait selalu berupaya keras dalam mendukung dalam hal keuangan (membayar biaya pendidikan) dan pikiran-pikiran positif bagi perjalanan lembaga pendidikan ini. Pada giliran terakhir, Pater Stevanus Alo,OSA selaku Kepala Sekolah

 

SMAKVIL memberikan sambutannya. Mengawali sambutan Pater Stev mengumumkan prosentasi kelulusan dan memperkenalkan para guru, pembina dan tenaga kependidikan yang bekerja di SMAKVIL dan Asrama Putri-Putra. Dalam sambutannya Pater Stev mengucapkan terima kasih kepada semua orangtua yang telah mempercayakan dan menyerahkan anak-anak mereka untuk mengikuti pendidikan di SMAKVIL. Demikian juga kepada para guru, pembina, tenaga kependidikan yang telah membantu proses pembangunan manusia dan para orangtua asuh, para donatur serta pemerintah yang selalu mendukung pihak sekolah dan asrama dalam proyek kemanusiaannya. Pater yang diangkat menjadi Kepala Sekolah per Juni 2021 ini juga menerangkan sedikit tentang situasi layanan pendidikan di SMAKVIL di era pendemi Covid-19 ini di mana banyak perubahan,kesulitan dan tantang-tangan yang dihadapi dalam menerapkan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Pater Kepala Sekolah berpesan dan berharap supaya para alumni (alumnus dan alumna) SMAKVIL senantiasa menghidupi nilai-nilai kehidupan yang didapat di sini dengan tetap semangat belajar, mencari tahu, mencoba hal baik, dan mencari kebenaran (Veritas), membangun persekutuan, rasa persatuan, kepekaan sosial, solidaritas, persahbatan (Unitas) dan melakukan perbuatan kasih dan keadilan,   pengorbanan,   menyebarkan   semangat mengampuni, melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan positif (Caritas). Setelah sambutan, Ibu Monika Dwi Lestari memandu acara pemberian penghargaan kepada peserta didik angkatan X dengan kategori siswa-siswi teladan dan berprestasi. Siswa teladan diperoleh oleh Sdr. Yosep Assem dari kelas XII IPS. Sedangkan siswa-siswi berprestasi yang meraih juara umum diborong oleh anak- anak dari kelas XII IPA 1 yakni sebagai berikut: juara pertama diraih oleh Sdr. Grant Joshua Tambahani, diikuti oleh Sdri. Klara Konsita Da Rato diurutan kedua, lalu Sdri. Nadya Meidianty Loupatty menempati urutan ketiga. Selanjutnya, P. Hilarius Soro,OSA memandu acara pemberian penghargaan kepada para guru berdasarkan penilai para peserta didik menurut dua kategori yakni guru teladan dan guru fovorit. Yang menempati urutan teratas guru favorit adalah Ibu Rasma La Naidi, S.Pd, diikuti Ibu Fransina Waly, S.Pd dan posisi ketiga ditempati oleh Ibu Fanny Sapulete, S.Pd. Sementara itu, sususan guru teladan adalah sebagai berikut Ibu Monica Dwi Lestari, S.Pd, kemudian urutan kedua ialah Pak Swingly Vidi, S.Pd dan Ibu Oktaviana Kasih, S.Pd menduduki urutan terakhir.

Acara perpisahan ini ditutup dengan makan bersama. Sambil makan, para siswa-siswi tampil memberikan hiburan berupa nyanyian dan group dance dari kelas X dan XI.

 

Bertemu Karena Kita Terpisah, Berpisah Supaya Kita Bertemu

Perpisahan sebagai akibat dari pertemuan. Jika Anda bertemu, berjumpa, Anda siap untuk berpisah dan bila Anda berpisah, Anda berharap untuk bertemu lagi dalam rupa dan ruah-roh. Jadi pernyataan kalimat judul-sub topik dan kalimat sebelum ini bermakna; bertemu karena kita terpisah mengarah pada motivasi (moDSC_0578.jpgtivation), sementara berpisah supaya kita bertemu menggambarkan harapan (hope). Penjabarannya ialah para peserta didik SMAKVIL dari semua generasi atau angkat dipisahkan oleh situasi geografis, suku-budaya dan asal- usul, status dan situasi keluarga asal, pendapatan orangtua, latar belakang pendidikan awal, dan kesepatan. Mereka memiliki motivasi yang sama yakni belajar di lembaga pendidikan yang lebih baik. Akhirnya mereka dipertemukan, disatukan dan dibentuk oleh orang-orang yang bekerja di sebuah lembaga pendidikan formal yang bernama SMA Katolik Villanova dengan didukung oleh dua asrama sebagai sarana pembinaan   (Asrama   Putra   Mendel   dan Asrama Putri St. Rita). Lembaga yang disebutkan di atas sebagai pemersatu asal- usul dan motivasi, obor pencerahan, sarana pengharapan dan pembebasan. Makna berikutnya mengarah kepada harapan berarti para murid yang hendak berpisah menyadari bahwa mereka telah mendapatkan kesempatan belajar dan telah menerima sejumlah nilai (pengetahuan, spiritual, sosial, perkembangan kepribadian serta nilai-nilai pendidikan Agustinian). Maka harapan mereka agar meskipun berpisah dan berbeda, mereka tetap dipersatukan, relasi mereka tetap terikat dengan teman-teman dan lembaga bilamana mereka terus-menerus menghidupi nilai-nilai tersebut. Jarak tidak dapat memisahkan relasi persaudaraan, ikatan emosional, solidaritas, rasa komunitas-kesatuan (Unitas) dan ungkapan perbuatan kasih, pengampunan, pengorbanan, (Caritas). Sekaligus perpisahan membuat mereka tinggal jarak satu sama lain sehingga mereka berusaha untuk mengambil jarak, melangkah lebih jarak lagi, mendalami lebih jarak lagi, mencoba lebih jarak lagi, dan mengproduksi lebih jarak lagi pengetahuan-kebenaraan (Veritas). (AB).

!!Sayonara!! !!Men Wawa!!

Senin, 09 Mei 2022 15:28

Penerimaan Krisma

Ditulis oleh

Mgr. Hilarion Datus Lega,Pr Memimpin Misa Penerimaan Sakramen Krisma

 di SMA Katolik Villanova Manokwari

P. A. Bame,OSA

 Pada Senin, 02 Mei2022 bertepatan dengan peringatan wajib St. Athanasius, Uskup dan Bapa Gereja dari Alexandria, Mgr. Hilarion Datus Lega,Pr, uskup Manokwari-Sorong didampingi oleh lima imam konselebran (P. Philipus Sedik,OSA, P. Athanasius Bame,OSA, P. Hilarius Soro,OSA, P. Stevanus Alo,OSA, dan P. Soterius Pangguem,OSA) memimpin langsung perayaan ekaristi penerimaan Sakramen Krisma  di Aula Navis SMA Katolik Villanova Susweni-Manokwari. Misa yang dimulai tepat pukul 17.00 ini dihadiri oleh para calon penerima krisma, biarawan/biarawati, beberapa orangtua/wali, umat, para guru dan para murid lainnya. Pelayanan Sakramen Penguatan ini diberikan kepada 45 calon penerima yang sebagian besarnya berasal siswa-siswi SMA Katolik Villanova (SMAKVIL) dan ditambah beberapa calon penerima dari paroki terdekat. Para siswa-siswa calon penerima telah mengikuti 12 pertemuan yang dimulai sejak Januari lalu hingga ditutup dengan penerimaan Sakramen Tobat oleh P. Philipus Sedik,OSA dan Pater. Yanurius, Pr pada 30 April 2022. Pembinaan calon penerima krisma diberikan oleh para para pembina di SMAKVIL dan satu keluarga (bapak Yulius dan ibu Vero) dan dilakukan di aula lama yang saat ini dijadikan sebagai tempat ibadah/misa harian. Sedankan para calon yang berasal dari luar SMAKVIL telah mengikuti pembinaan di paroki asal dan direkomendasikan oleh pastor paroki mereka.  

Misa dimulai dengan pararakan dari luar menuju Aula Navis. Para calon penerima dengan pakaian putih-hitam berbaris menuju ke tempat yang sudah disiapkan. Umat yang hadir sudah menampati tempat yang telah diatur oleh para siswa-siswi. Misa sore hingga malam ini diiringi dengan suara indah dan merdu yang mendukung suasana batin serta nuansa liturgi dari paduan suara gabungan dari SMAKVIL yang dipimpin langsung oleh bapak Redy Fatubun. Demikian juga suasana Aula Navis yang didekorasi oleh ibu-ibu dari paroki Emanuel Sanggeng ikut memberikan makna tersendiri bagi perayaan.

Dalam khotbahnya uskup menegaskan mengenai keberanian menjadi saksi Kristus di dunia. Salah satu wujudnya ialah mengikuti model jalan salib Yesus di mana setiap orang Katolik khususnya mereka yang sudah menerima Krisma harus siap mengikuti jalan penderitaan hingga menuju pada jalan pembebasan sebagaiaman Yesus lakukan untuk menyelamatkan manusia. Uskup menambahkan bahwa pengalaman pengadilan Yesus merupakan bukti sejarah bahwa pernah terjadi ketidakadilan dalam dunia pengadilan. Kisah Yesus ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya mengadili manusia saja, tetapi manusia juga mengadili Tuhan. Manusia berlaku tidak adil tidak hanya terhadap sesamanya tetapi juga terhadap Tuhan. Yesus menjalani beberapa hukuman sekaligus seperti hukuman rajam (dipukul, diolok, didera), penyaliban (digantung, dipatahkan tulang-Nya dan ditikam lambung-Nya), dan demontrasi masa yang memperkuat tuduhan palsu dan hukuman mati. Yesus tidak membela diri. Lagipula Dia tidak mengajak serta menghimpun masa untuk membela-Nya. Dia  siap sedia menjalani pengadilan yang menghasilkan keputusan yang tidak adil ini karena penyerahan diri secara total dan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa. Orang Katoli juga harus menyerahkan diri secara penuh dan total kepada kehendak Tuhan agar kebesaran nama Tuhan dikenal, dipuji dan dimuliakan lewat pengalaman iman, pengalaman kebangkitan, pengalaman keberhasilan dan pengalaman suka-duka.

Setelah doa penutup Sdr. Yosep Assem mewakili teman-teman menyampaikan ucapan terima kasih. Sedangkan Pater Athan Bame,OSA mewakili pembina dan orangtua memberikan laporan singkat mengenai kegiatan pembinaan, ucapaan terima kasih kepada pihak yang membantu penyelenggaraan misa serta pesan kepada para penerima krisma. Seusai misa diadakan foto bersama dan diakhiri dengan rekreasi bersama. Semoga para penerima Sakramen Krisma lebih berani, tegas, mantap dan pasti dalam upaya menjadikan diri sebagai saksi-saksi Kristus, laskar Kristus dalam pekerjaan, tugas, status, pergumulan dinamika hidup hingga pilihan hidup.

 

   

Kecintaan Pada Spiritualitas Agustinus:

Cinta akan Pengetahuan dan Pencarian Kebenaran[1]

             Oleh: Fr. Andrew P. Batayola, OSA

(Diterjemahkan oleh Athanasius Bame,OSA)

 

1. Prakata  “O truth, O truth, how deep is the yearning for you in the inmost depths of my being.”

Kata-kata dari St. Agustinus yang menggambarkan dirinya yang sangat berhasrat dalam mencari kebenaran.  Adalah suatu kegembiraan bagi saya karena diundang untuk berbicara di kongres internasional ini dan saya akan berada bersama Anda selama empat hari ke depan karena beberapa alasan mendasar. Alasan pertama saya terlibat di sini ialah bahwa saya terdorong oleh pesan utama dari Prior Jenderal Ordo kita, P. Alejandro Moral Anton, OSA, di mana dia mengutip dari Konstitusi Ordo bahwa bahwa kita perlu memiliki ‘penghargaan terbesar untuk kerasulan pendidikan dan menganggapnya sebagai salah satu misi khusus Ordo kita’ (Const 161). Jadi saya yakin bahwa kebersamaan saya sebagai sesama pendidik Agustinian dan kehadiran kita semua dalam kongres ini menunjukkan penghargaan kita pada kerasulan ini.

Kedua, sebagai bagian dari rencana karya Komisi Kerasulan Pendidikan, pada level Ordo (Roma), komunitas edukatif provinsi dan komunitas edukatif lokal, untuk memperkuat budaya dan spiritualitas Agustinian di sekolah-sekolah kita, sehingga konferensi singkat tentang spiritualitas dan kongres pendidikan akan diadakan. Mungkin melalui presentasi ini, baik para biarawan dan pendidik awam serta pendukung lain dari kerasulan pendidikan ini akan didorong untuk bekerja sama dan membangun jaringan dengan orang lain dalam pekerjaan dan pelayanan kita sebagai Agustinian. Saya bersedia untuk berbagi pemikiran saya kepada dan dengan Anda sambil saya juga akan terus belajar pengalaman, realitas dan situasi (konteks) dari pelbagi sekolah Agustinian lainnya.   

 Ketiga, meskipun topik spiritualitas adalah minat saya, saya juga memiliki hasrat untuk berbicara tentang hal ini di ruang kelas, di gereja, di komunitas basis gerejawi, dalam sesi akademis atau dalam pertemuan seperti ini. Tapi di atas semua itu saya tidak bisa mengatakan 'Tidak' untuk menolak permintaan dari Vikaris Jenderal & Presiden Komisi Pendidikan kita, Fr. Joseph Farrell, OSA. Saya berharap berbagi pemikiran spiritual saya tentang Agustinus akan sangat membantu kita semua dalam upaya mencari dan berziarah menuju Allah, Sang Kebenaran (Trurth). Adalah keinginan besar saya untuk dapat melakukan ini, atau sebaliknya saya merasa bahwa saya akan ditegur oleh guru spiritual saya, Agustinus yang pernah berkata: “Jika tidak ada sesuatu yang dapat Anda katakan sehingga membuat saya lebih baik daripada sekarang, lalu mengapa Anda berbicara kepada saya?” Artinya, jika tidak ada yang ingin kusampaikan yang akan membuatmu lebih baik dari saat ini, lebih baik saya tutup mulut! 

Tema Kongres Pendidikan Agustinian saat ini adalah “Pedagogi Agustinian: Semangat untuk Pendidikan” (Augutinian Pedagogy: A Passion for Education). Tema ini berpedoman pada kata-kata Agustinus “Cinta ilmu dan kebenaran seharusnya mendorong kita untuk terus belajar. Kasih kepada sesama harus mendorong kita untuk mengajar.” Untuk menjelajahi tema di atas, saya ditugaskan untuk menyampaikan ceramah tentang topik – Semangat Spiritualitas Agustinian: Cinta akan Pengetahuan dan Pencarian Kebenaran” (Passion for Augustinian Spirituality: The Love of Knowledge and Search for Truth). Tidak ada hal baru untuk dibagikan dengan Anda, tetapi untuk mempelajari topik ini, saya ingin mencoba menjelaskan hal ini dalam tiga bagian: pertama, Form (dasar-bentuk): Spiritualitas Agustinian dalam Karya-Kerasulan Pendidikan; kedua, Re-Inform: Berbagai Diskusi Terkait Pengetahuan dan Kebenaran; dan ketiga, Transform: TantanganTantangan bagi Pendidik Augustinian sekarang.  

  

2.      Bentuk/Dasar: Spiritualitas Agustinian dalam Kerasulan Pendidikan

Dari sekian banyak definisi spiritualitas, saya mau mengajak kita untuk melihat bagaimana

Tarcicius van Bavel, OSA mendefinisikan spiritualitas sebagai ‘jendela Injil’ (window on the gospel). Agustinus telah mengalami perjalanan dunia kata (word-journey) - dari tidak menyukai tulisan-tulisan suci (sacred writings), perlahan-lahan menemukan kegembiraannya setelah Ambrosius memulai berbicara demi pertobatan moralnya (moral conversion) di taman Milan sampai mempelajari Kitab Suci setelah tabisannya. Perjalanan menuju spiritualitas alkitabiah (journey towards biblical spirituality) dan konteksnya (tempat, orang, lingkungan politik dan agama) membentuk bagian dari praktek hidupnya atau spiritualitas yang dihayati oleh Agustinus. Sesungguhnya konteks adalah konten. Konteks Agustinus menjadi isi spiritualitasnya. [Truly context is content. The context of Augustine became the content of his spirituality].  

Spiritualitas Agustinus diekspresikan dengan baik dalam Regula yang dia tulis untuk komunitasnya. Konstitusi mengatakan “dokumen utama spiritualitas kita adalah Regula” (Const, 16). Luis Marin de San Martin, OSA mendefinisikan spiritualitas Agustinian sebagai “spiritualitas yang sesuai dengan Ordo St. Agustinus yang menggabungkan ajaran dan teladan Uskup Hippo dengan ciri-ciri spiritual gerakan meminta-minta atau pengemis (mendicant movement), semua ini dihayati dan diwujudkan oleh Ordo sepanjang sejarahnya dalam semua situasi yang berbeda baik waktu, tempat dan budayanya” (San Martin, 2013, 194). [“the spirituality proper to the Order of St. Augustine that joins the teaching and example of the Bishop of Hippo with the spiritual features of the mendicant movement, all of this as lived and manisfested by the Order throughout its history in all its different circumstances of time, place and culture”]. Jadi, San Martin mengidentifikasi empat pilar spiritualitas Agustinian, yaitu: interioritas (interiority), komunitas (community), kemiskinan (poverty) dan gerejawi (ecclesiality). San Martin dan dokumen Kapitel Umum Biasa 2007, mengakui adanya dua sumber dari Spiritualitas Agustinian, yaitu dari Agustinus sendiri dan dari tradisi pengemis (mendicant tradition).  

Dari Agustinus sendiri, elemen-elemen penting dari spiritualitas Agustinian adalah interioritas (interiority), persekutuan hidup (communion of life), dan pelayanan kepada Gereja (service to the Church). Dari tradisi pengemis, dimensi ini menggarisbawahi pencarian kita akan

Tuhan (search for God), kehidupan persaudaraan (fraternal life) dan hasrat untuk mengikuti “Kristus yang miskin.” Dalam hal interioritas dan pencarian akan Tuhan, kata-kata Agustinus, “Engkau telah menciptakan kami dan menarik kami kepada dirimu sendiri dan hati kami tidak tenang sampai beristirahat di dalam dirimu (Confessions, I, 1, 1), berbicara tentang hati yang tidak pernah berakhir mencari Tuhan dan menawarkan “sebuah kisah hidup dan integrasi dari spiritualitas Agustinian” (Robert Russell OSA). Berkenaan dengan persekutuan hidup (communion life) dan hidup persaudaraan (fraternal life), van Bavel, OSA, mencatat bahwa spiritualitas Agustinus merangkul nilai-nilai Injil seperti komunitas (community), mencintai sesama kita (loving our neighbor) sebagai ekspresi konkret dari mencintai Tuhan dan pengembangan hubungan yang baik (development of good relationships). Ketiga, cinta kepada gereja membawa kita pada kesiapsediaan-kehadiran total untuk kebutuhan Gereja, dengan menerima tugas-tugas yang diminta gereja kepada kita ... pelayanan kepada Gereja ini merupakan salah satu karakteristik penting dari spiritualitas Agustinian (Konst 35). Miguel Angel Orcasitas, OSA, menyebutkan bahwa ada tiga elemen yang membentuk Spiritualitas Agustinian: pencarian akan Tuhan (search for God), komunitas (community) dan pelayanan kepada Gereja (service to the Church). Komunitas sebagai intinya, karena komunitas adalah permulaan pencarian akan Tuhan dan organisasi di mana Gereja dilayani.

  Ketiga elemen spiritualitas Agustinian ini juga berkaitan dengan panggilan pribadi kita untuk metanoia, koinonia dan diakonia atau panggilan Kristen untuk pertobatan, persekutuan dan komitmen pelayanan. Menerapkan ketiga elemen spiritualitas Agustinian ini ke dalam konteks pendidikan, kita dapat menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan Augustinian dalam setiap lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan spiritualitas kepemimpinan pendidikan (the spirituality of educational leadership).

Nilai-nilai inti dari pendidikan Agustinian - kebenaran, persatuan-persekutuan, dan cinta kasih (veritas, unitas, dan caritas) tertanam dengan baik pada unsur-unsur spiritualitas Agustinian. Pencarian akan kebenaran merupakan inti dari pendidikan Agustinian. McCloskey (2006) berpendapat bahwa Agustinus memulai perjalanan yang berkelanjutan dalam mengejar dan mempelajari kebenaran. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Agustinus tidak pernah menangkap kebenaran dan bahwa setiap kebenaran baru bergerak maju dan mendorong atau mengarahkan kita untuk berdialog dengan Guru Batin (the Inner Teacher), Yesus Kristus. Nilai persekutuan-persatuan (the value of unity) dipromosikan dalam pendidikan Augustinian melalui dialog antara guru dan siswa dan dengan satu sama lain, dan dengan para pemimpin sekolah dan anggota komunitas edukatif. Bersandar dengan orang lain adalah hal yang paling penting dan sarana di mana proses pembelajaran berlangsung. Nilai inti terakhir dari pendidikan Agustinian adalah cinta kasih. Nilai cinta kasih (the core value of love) dimulai dengan cinta kepada Tuhan. Pater Theo Tack,OSA menegaskan bahwa pendidikan Augustinian memiliki hubungan penting dengan hati manusia dan hubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dan dengan orang lain. Cinta kepada Tuhan kemudian diungkapkan melalui perwujudan cinta untuk belajar (love for learning) dan kepedulian bagi pelajar (care for the learner).

Perguruan-perguruan tinggi di Filipina berjalan berdasarkan trilogi fungsi atau Tri Dharma perguruan tinggi yakni penelitian (research), pengajaran (instruction) dan pengabdian kepada masyarakat (community service). Meskipun masing-masing berbeda dalam fungsi, ketiganya saling berkaitan sebagaimana dalam tiga unsur spiritualitas Agustinian. Penelitian di lingkungan sekolah mengarah pada pencarian pengetahuan baru (new knowledge) atau memperluas pengetahuan yang ada (broadens existing knowledge) lewat pengajaran dan pengabdian masyarakat. Sekolah Augustinian adalah sekolah yang menawarkan penemuan kebenaran melalui penelitian ulang, pembelajaran, dan diarahkan dengan mencari dan menemukan rangkaian kesatuan-keberlajutan

(continuum), seperti yang dikatakan oleh Agustinus sendiri, “Ketika kebenaran sangat dicari, menemukannya dapat menghasilkan kenikmatan yang lebih besar. Setelah kebenaran itu ditemukan, kebenaran itu dicari lagi dengan keinginan yang diperbarui” (The Trinity, 15, 2, 2). [When truth is eagerly sought, finding it produces greater enjoyment. Found, it is sought again with renewed desire]. Pengajaran menggunakan baik landasan teoritis maupun praktis juga menerapkan ilmu yang diperoleh dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Agustinus menegaskan bahwa ‘instruksi-pengajaran diakhiri dengan cinta kasih’ (Customs of the Catholic Church 1, 28, 56). Cinta kasih yang dimaksud adalah cinta kasih sebagaimana dikemukakan sebelumnya oleh Tack, yakni cinta untuk belajar (love for learning) dan peduli kepada peserta didik (care for the learner), sehingga terwujudlah kesatuan komunitas belajar. Kebenaran adalah milik seluruh komunitas pendidikan, seperti yang dikatakan oleh Agustinus, “kebenaran adalah warisan dari semua maka kebenaran bukanlah milik khusus dari siapapun. Sehingga semua yang datang dapat menggunakannya dan tercerahkan. Bagi semua, kebenaranya itu sama jauh dan sama dekatnya. (Komentar tentang Mazmur 76, 12). Di sisi lain, pengabdian kepada masyarakat menghasilkan rencana-rencana dan program-program yang berorientasi pada pengabdian pembangunan masyarakat (community development-oriented service) dari hasil pembelajaran dan penelitian. Kerasulan sosial harus dilaksanakan dengan membentuk kelompok-kelompok aktif dengan komunitas kita, baik umat beriman maupun para peserta didik sekolah kita. Kelompokkelompok itu tidak hanya dibuat untuk memberikan bantuan sosial, tetapi secara khusus agar mereka dapat menjadi agen dari komitmen sosial Agustinian (Konst. 184). 

Untuk memperkuat nilai-nilai dan identitas Agustinian di sekolah kita, pribadi pemimpin dipandang sebagai elemen sentral. Yang berkaitan dengan unsur interioritas adalah gaya kepemimpinan reflektif (reflective style of leadership). Pemimpin reflektif adalah orang yang mampu menilai diri sendiri (self-assessing) dalam kaitannya dengan karakteristik dan sifat esensial dalam upaya mencapai sesuatu. Pemimpin spiritual ketika dihadapkan pada tantangan-tantangan besar akan sering kali memilih melakukan retret, dan berdoa, melakukan meditasi, atau mencari suasana/rasa tenang untuk kemudian memberikan tanggapan yang tepat terhadap situasi yang dihadapi sekolah. Kontemplasi, bukan konfrontasi, adalah praktik yang disukai oleh para pemimpin spiritual ketika memecahkan masalah (Thompson, 2012, 116). Gaya kolaboratif pemimpin spiritual berkaitan dengan kemampuan luar biasa mereka untuk menghasilkan dan merawat konflik yang berharga melalui dialog (dialogue) dan persahabatan (friendhisp). Pemimpin spiritual memiliki hati yang selaras dengan tujuan kelompok, organisasi, atau seluruh komunitas pendidikan (educative community). Wajar bagi seorang pemimpin spiritual untuk memiliki rasa komunitas (sense of community) di dalam dan di luar tempat kerja (Groen, 2001). Para pemimpin di dunia pendidikan perlu mempraktikkan model kepemimpinan Hamba (Servant-leadership) di mana sifat dasarnya ialah memperhatikan dan mencintai orang lain. Gaya kepemimpinan ini melibatkan individuindividu yang mampu memotivasi dan menginspirasi melalui visi dan agenda yang jelas untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Robert Prevost, OSA dalam artikelnya, ‘The Servant Leader in the Perspective of Augustinian Spirituality’, mencatat bahwa jenis kepemimpinan ini berbasis Injil. Ada beberapa pandangan Agustinian mengenai pengalaman manusia yang memberikan apresiasi yang lebih dalam bagi jenis kepemimpinan ini, sebuah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan dalam komunitas Augustinian saat ini termasuk komunitas pendidikan. 

Singkatnya, ketiga elemen spiritualitas Agustinian ini: interioritas (interiority), persekutuan hidup (communion of life), dan pelayanan kepada Gereja (service to the Church) menjadi landasan bagi nilai-nilai dasar pendidikan Agustinian yaitu veritas, unitas, dan caritas. Triologi fungsi perguruan tinggi, yaitu penelitian, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat juga menemukan landasannya. Gaya kepemimpinan Augustinian (Augustinian leadership style) yang reflektif, kolaboratif, dan melayani juga dapat berakar pada spiritualitas Agustinus.

3.      Re-Inform: Pelbagai Diskusi Terkait Pengetahuan (Knowledge) dan Kebenaran (Truth)

Kecintaan Augustinian pada pengetahuan dan pencarian kebenaran atau devosi untuk studi yang berkaitan bidang sakral ataupun profan menemukan tempatnya dalam konteks pendakian pikiran atau keterarahan pikiran kepada Kebenaran (the mind’s ascent to Truth). Dimensi intelektual dari spiritualitas Augustinian telah diperhatikan secara saksama. Beberapa pemikir Augustinian terkenal seperti Gary McCloskey, Theodore Tack, Donald Burt, Alberto Esmeralda, Insunza Seco, Rubio Bardon, dan Galindo Rodrigo membahas topik tersebut secara mendalam. Setelah belajar dari para pemikir tersebut, kita akan membahas dimensi intelektual ini karena berkaitan dengan pembinaan dan pendidikan para murid dalam beberapa sub pokok pembahasan berikut: (a) Lewat Interioritas ke Kebenaran; (b) Iman dan Nalar; dan (c) Keutamaan dan Ilmu Pengetahuan.

 

(a) Through Interiority to Truth 

  

Interioritas adalah nilai tertinggi yang Agustinus hidupi sepenuhnya. Ini mengacu pada kehidupan integritas (the life integrity) atau keutuhan tujuan (singleness of purpose) di mana seseorang harus lakukan untuk meningkatkan kemajuan hidup spiritual. Hal ini melibatkan fokus dan konsentrasi pada pentingnya diri (self) dan terlebih pada Tuhan yang ada di dalam daripada hal-hal di luar. Fermin Fernandez Bienzobas, OSA menegaskan bahwa Agustinus mengajak orang untuk melakukan perjalanan hidup dengan menjalani petualangan wisata interior (the adventure of interior tourism). Seperti dikatakan oleh Agustinus, “Orang-orang mengagumi gunung-gunung yang tinggi, dan ombak besar di laut, dan air terjun, dan samudra yang luas dan tarian bintangbintang, tetapi mereka meninggalkan diri mereka sendiri di belakang pandangan” (Confessions, X, 8, 15). Agustinus mengilustrasikan perjalanan menuju interioritas ini ketika dia berkata,

“Kembalilah ke dirimu sendiri. Karena di dalam diri batiniah kebenaran berdiam” (On True Religion 39,72). Jalur yang ditempuh dalam wisata interior ini menurut Bienzobas,OSA adalah yang melampaui interioritas.  

         Agustinus menceritakan, “Saya masuk di bawah bimbingan Anda ke tempat-tempat terdalam keberadaan saya, saya masuk, dan dengan penglihatan roh saya nampaknya ada cahaya yang tidak berubah. Cahaya yang saya lihat sama sekali bukan cahaya biasa melainkan sesuatu yang berbeda, sama sekali berbeda, dari segala sesuatu. Siapa saja yang mengetahui kebenaran, dia mengetahui cahaya itu, dan siapa pun yang mengetahui cahaya itu, dia mengetahui keabadian. Kasih mengetahuinya. O Kebenaran abadi, Cinta sejati, dan Keabadian terkasih, Engkau adalah Allahku, dan kepadamu aku mengadu siang dan malam (Confessions VII, 10, 16). Metode interioritas bersua dengan Kebenaran yang ada di dalam. McCloskey (2006) menegasakan bahwa dalam pedagogi Augustinian belajar bagaimana menjadi pribadi yang bersemangat untuk mempelajari kebenaran tidak hanya bersifat personal (pribadi) tetapi juga komunal karena memiliki pendekatan komunitarian.

  

(b) Iman dan Akal Budi (Rasio)

 

Agustinus, sebagai seorang anak belajar iman Katolik dari ibunya, Monica. Tetapi pada saat menjadi seorang remaja dia meninggalkan iman Katolik itu karena dia tidak dapat menemukan lagi keabsahannya dan menolak sebuah agama yang, menurut pikirannya bukan merupakan ekspresi akal budi, yaitu kebenaran. Rasa haus akan kebenaran sangat radikal dalam dirinya sehingga membuatnya menjauh dari iman Katolik. Namun, radikalisme (pikiran dan hasrat untuk menemukan kebenaran) yang dianutnya merupakan sesuatu yang tidak dapat membuatnya puas. Karena dalam radikalisme itu terdapat filsafat-filsafat yang tidak mengarah pada kebenaran itu sendiri, tidak mengarah kepada Allah, kepada Allah yang bukan hanya hipotesis kosmologis tertinggi (ultimate cosmological hypothesis) tetapi juga Tuhan yang benar, Tuhan yang memberi kehidupan dan masuk ke dalam hidup kita.

Seluruh perkembangan intelektual dan spiritual Agustinus bisa menjadi sesuatu model yang cocok saat ini dalam hubungan antara iman dan akal budi (rasio) bagi kaum beriman maupun setiap orang yang mencari kebenaran (karena kebenaran telah menjadi  tema sentral dalam keseimbangan dan nasib setiap manusia). Kedua dimensi, iman dan akal budi ini harus selalu berjalan seiring. Seperti yang ditulis oleh Agustinus sendiri setelah pertobatannya, iman dan akal budi adalah “dua kekuatan yang membawa kita pada pengetahuan” (Against the Skeptics, III, 20, 43). Maka Agustinus mengekspresikan sintesis yang koheren dari iman dan akal budi: “Saya percaya supaya memahami”- [I believe in order to understand] percaya membuka jalan untuk melintasi ambang kebenaran –demikian juga secara tak terpisahkan “Saya mengerti lebih baik supaya percaya”, [I understand, the better to believe] orang percaya mesti menelaah kebenaran supaya dapat menemukan Tuhan dan supaya percaya kepada-Nya (lih. Khotbah 43, 9). Hubungan yang harmoni antara iman dan akal budi menunjukan bahwa Tuhan tidak jauh: Dia tidak jauh dari akal budi dan hidup kita; dia dekat dengan setiap manusia, dekat dengan hati dan akal kita, jikalau kita sunguhsungguh berziarah.     

(c) Keutamaan dan Ilmu Pengetahuan (Virtus et Scientia)

 

Lambang sekolah Augustinian Filipina berisi tiga simbol: elang yang memiliki cakar, lambang Ordo Santo Agustinus dan di bawah sayapnya, tertulis kata-kata “virtus et scientia”. Simbol elang adalah suatu ciri khusus lembaga yang berkaitan dengan para Agustinian Spanyol. Elang, berhubungan dengan Istana Kerajaan raja Philip II, Raja Spanyol yang memberikan namanya untuk negara kami, Filipina. Elang sebagai lambang istimewa bagi kami; ia dapat membangkitkan elang kekaisaran Spanyol atau elang emas - keduanya ada dalam kehidupan nyata. Elang juga melambangkan Agustinus sebab laksana seekor elang dia menggapai dan memiliki kontemplasi yang tinggi dan ketajaman visi teologisnya.

Moto sekolah adalah virtus et scientia. Frasa ini tidak ada dalam tulisan Agustinus, tetapi frasa ini mengarisbawahi banyak rumusan Agustinus tentang hubungan sains dan iman, kebijaksanaan dan pemahaman, pengajaran dan praktik. Alberto Esmeralda, OSA mengakui bahwa memang ilmu kebajikan binomial tidak muncul dalam karya Agustinus meskipun ConcupiscenceIgnorance yang adalah kebalikannya termuat di dalam karyanya. Agustinus mengajarkan bahwa selain kematian, dua efek dosa asal dalam diri kita adalah nafsu (concupiscence) atau hasrat rendah manusia yang terarah pada diri karena menikmati suatu objek (makanan, pakaian), orang (gairah seksual), atau pengalaman yang bertentangan dengan akal budi, dan  ketidaktahuan (ignorance). Nafsu, suatu hal yang melemahkan kehendak (the weakening of will), dan ketidaktahuan, suatu hal yang melemah kecerdasan (the weakening of intellect) menjadi dasar perbudakan dosa kita. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Agustinus, Tuhan kita, Dokter Ilahi, begitu bijaksana sehingga Ia menawarkan dua jenis pengobatan untuk penyakit kita: penyembuhan melalui pertentanganpertentangan (a cure by contraries), dan pengyembuhan dari kesamaan-kesamaan (a cure of similarities). Dalam hal ini Dokter Ilahi memberikan obat penyembuhan berupa keutamaan (virtue) untuk memulihkan nafsu dan sains (science) untuk meyembuhkan  ketidaktahuan. Dia memberi kita keutamaan (virtue) dan sains (ilmu pengetahuan) melalui proses formatif yang kita sebut “pendidikan Agustinian.” Keutamaan sebagai kekuatan karakter, dan ilmu pengetahuan atau sains sebagai kekuatan kecerdasan. Keduanya merupakan dua sayap yang memungkinkan elang kita terbang, melayang, melampaui dan mengatasi keterbatasan kelemahan manusia. Saat ini, elang yang melebarkan sayapnya sekali lagi untuk terbang ke ketinggian baru adalah para murid kita. Oleh karena itu, motto Virtus et scientia harus dipakai sebagai indikasi bahwa kecintaan Agustinus pada pengetahuan dan pencarian kebenaran atau pengabdian kita untuk belajar dan menelaah harus dijadikan sebagai elemen integral dalam pertumbuhan seseorang dalam kehidupan Kristen. 

4.      Transformasi: Tantangan Bagi Para Pendidik Agustinian Masa Kini

Ada tantangan besar bagi kita sebagai pendidik di abad ke-21 ini, namun saya akan membatasi hanya tiga yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan kepada saya.

  • Pertama, Tentang Menjadi Bersemangat pada Spiritualitas Augustinus

Kita perlu melanjutkan karisma atau spiritualitas Ordo kita. Tantangan hari ini menanggapi tuntutan baru pendidikan masa depan sambil menjunjung tinggi nilai tradisi (lih. Mark Stower). Semua anggota komunitas edukatif harus berjuang untuk terus dibentuk dengan cara Agustinian. Sebagaimana Konstitusi mencatat, “kita harus mendorong komunitas pendidikan di sekolah kita untuk menghayati nilai-nilai Injil dari perspektif spiritualitas dan pedagogi Agustinian (Konst 163). Yang penting adalah kita harus menjadi saksi dari nilai-nilai spiritualitas dan pedagogi Agustinian karena orang modern tidak akan mendengarkan para guru kecuali mereka (para guru) adalah saksisaksi nila-nilai tersebut. Tujuan kita sebagai pendidik Agustinian adalah untuk “memperkuat identitas dan nilai Agustinian melalui pembentukan standar formasi dan integrasi dalam kurikulum, pengajaran dan penelitian” (Provinsi Cebu, Program Quadrennial, 54).

  • Kedua, Tentang Mengembangkan Karunia Mencari

 Pelbagi pengajaran dan pembelajaran yang kita terima, apa yang kita dengar, lihat dan alami bahkan seluruh seluruh hidup itu sendiri menimbulkan pertanyaan terus menerus. Orang yang mencari jawaban yang benar dengan tekun dapat berkembang dalam pengetahuan (knowledge) dan kebijaksanaan (wisdom). Mencari berarti bertanya-tanya. Dengan demikian, melalui rencana pendidikan dimungkinkan untuk menciptakan kondisi bagi seseorang untuk mengembangkan karunia mencari dan untuk dibimbing dalam menemukan misteri keberadaannya dan realitas di sekitarnya sampai dia mencapai ambang batas iman (lih. cf. Consecrated Persons and Their Mission in Schools, 51). Para pendidik perlu terlibat dalam dialog yang akan meningkatkan pembelajaran dan penemuan kebenaran dari kesadaran diri (self-awarnerss) hingga kesadaran sosial (social-awaraness).

  • Ketiga, Tentang Sekolah Yang Menawarkan Penemuan Kebenaran

Di sekolah, pengetahuan manusia bisanya dilihat sebagai kebenaran yang akan ditemukan. Penemuan dan kesadaran akan kebenaran mengarah pada penemuan Kebenaran itu sendiri. Seorang guru yang penuh dengan hikmat Kristiani dan telah dipersiapkan dengan baik melakukan lebih dari sekadar apa yang dia ajarkan kepada murid-muridnya. Lebih dari apa yang dia katakan, dia membimbing murid-muridnya melampaui kata-katanya ke pusat Kebenaran absolut. (cf. The Catholic Schools, 41). Dengan demikian, identitas dan iklim sekolah Augustinian adalah iklim dan lingkungan yang menawarkan penemuan kebenaran melalui studi dan perwujudannya melalui komitmen etis (ethical commitment) (cf Santiago Insunza Seco, OSA).

5.      Kesimpulan 

Berada di Universitas Villanova, nama yang diambil dari St Thomas Villanova, Pelindung

Studi Ordo, kita yang bekerja di kerasulan sekolah semua diingatkan tentang mandat untuk dibentuk (form), diingatkan kembali (re-informed) dan diubah (transformed). Kita perlu berkomitmen untuk terus membina spiritualitas dan pedagogi Agustinian. Kita perlu diingatkan kembali mengenai pentingnya komitment kita untuk belajar dan mencari kebijaksanaan dan menemukan Kebenaran yang ada di dalam. Lagipula kita perlu ditransformasikan melalui pedagogi Augustinian dalam hal kecintaan kita pada pengetahuan dan pencarian kebenaran. 

Untuk mengakhiri, izinkan saya mengutip firman Yesus dalam Injil Yohanes, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14: 6). Agustinus mengomentari kata-kata ini dengan mengatakan, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Karena melalui/oleh saya kamu datang; kepada Akulah yang kamu datang, dan di dalam diriku kamu tetap tinggal. Bagaimana cara kamu ingin pergi? Saya jalannya. Kemana kamu ingin pergi? Akulah kebenaran. Di mana Anda ingin tinggal? Akulah hidup. (On Christian Doctrine, 1, 34). Semoga kita melanjutkan perjalanan yang tiada henti dari proyek seumur hidup ini yang mendorong kita untuk mencari kebenaran dan pada akhirnya kita diubah menjadi pribadi yang serupa dengan pribadi Kristus yang adalah Sang Kebenaran. 

 

Questions for Reflection  

 

  • Considering the culture of the youth and of one’s country, what elements of an Augustinian spirituality you consider a challenge in the work of education?
  • What can you as consider a great challenge for educational centers related to the becoming of our Augustinian schools that invites discovery of truth?
  • The Augustinian’s devotion to study and the pursuit of wisdom are the intellectual dimension of our spirituality. What educational program or plan would you craft to create the conditions for a person to develop the gift of searching?

     

[1] Makalah ini disampaikan pada Kongres Pendidikan Augustinian (Augustinian Education Congress 2017) yang diselenggarakan oleh International Commission for Augustinian Centers of Education di Universitas Villanova pada tanggal 24-28 July 2017 dengan tema: Augustinian Pedagogy: A Passion for Education. Judul asli dari tulisan ini adalah Passion for Augustinian Spirituality:  Love of Knowledge and Search for Truth.

 

Selasa, 05 April 2022 02:53

UJIAN BERBASIS SEMI ONLINE

Ditulis oleh

PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH DI SMAS KATOLIK VILLANOVA DENGAN MODEL "SEMI ONLINE"

 

Pelaksanaan Ujian Sekolah untuk siswa-siswi SMAS Katolik Villanova mulai dilaksanakan sejak Senin, 28 Maret sampai dengan Selasa 5 April 2022. Ujian sekolah 2 tahun terakhir ini terlihat berbeda. Sejak Covid-19 menghantam dunia, Indonesia pada khususnya proses belajar mengajar disetiap instansi pendidikan formal dan non formal di lakukan secara online. Kurikulum pembelajaranpun disederhanakan menjadi Kurikulum Darurat Covid-19 agar materi pembelajaran dapat menjangkau para siswa dan guru itu sendiri. Beberapa aspek penilaian guru terhadap siswa menjadi tidak dapat dijangkau, mengingat semua siswa dan guru berada di rumahnya masing-masing. Walaupun demikian, Guru dan peserta didik dituntut untuk secara perlahan memulai suatu habitus baru yaitu belajar dalam jaringan (Daring), luring maupun blanded learning, ataupun sejinisnya. 

Sejak Maret tahun 2020 sampai dengan saat ini (2022) para guru dan siswa SMAS Katolik Villanova mulai melakukan KBM secara online. Tentu banyak sekali masalah/kendala yang dihadapi baik oleh siswa maupun oleh guru itu sendiri, seperti mulai dari kepemilikan HP, Jaringan internet, Quota/data, gaptek, Listrik, partisipasi ortu/wali, lingkungan sosial dan lain sebainya. Semua itu, mau tidak mau harus berjalan sesuai dengan waktu pembelajaraan dan "apa adanya". Begitu banyaknya keterbatasan yang dimiliki oleh para siswa pada tahun-tahun pertama kegiatan belajar mengajar secara online, maka sejumlah kecil siswa SMAS Katolik Villanova tidak dapat menuntaskan pembelajarannya dan melanjutkannya pada tingkat semester berikut. Maka dari itu, untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan ketidaktuntasan siswa dalam belajar online, maka pihak sekolah memutuskan agar mulai tahun baru 2022 para siswa yang memiliki kesulitan, keterbatasan, ketidakmampuan dalam belajar online dapat menetap di asrama (putra dan putri) agar didampingi oleh para pembina asrama dan para guru. Sekolah menyediakan sarana penambahan quota WIF bagi para siswa yang akan melakukan pembelajaran online di sekolah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Dengan demikian, kemungkinan-kemungkinan ketidaktuntasan siswa dapat diperkecil, dan tidak seperti realitas pada tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun ajaran  2020/2021, penyelenggaphoto 2022 04 05 10 11 44raan Ujian Sekolah untuk siswa kelas XII dilakukan secara full Daring (online). Panitia penyelenggara Ujian Sekolah menyediakan aplikasi E-Ujian untuk pelaksanaan ujian dimaksud. Peserta didik dapat mengikuti Ujian Sekolah dari rumah mereka masing-masing dengan menggunakan HP, Laptop atau sejenisnya. Pengawasan/pendampingan terhadap peserta didik yang sedang mengkuti Ujian Sekolah dilakukan oleh dua pihak, yakni baik oleh guru di sekolah maupun orangtua/wali di rumah. Pengawasan yang dilakukan oleh guru di sekolah, yakni melalui kamera HP/Lapop atau sejenisnya. Panitia Ujian Sekolah memodifikasi E-Ujian sedemikian rupa sehingga dapat memantau peserta ujian ketika tidak melaksanakan ujiannya dengan baik, atau menyeleweng dalam mengikuti Ujian Sekolah. Pihak kedua adalah orang tua/wali murid di rumah. Karena itu, selain sibuk dengan pekerjaannya orangtua/wali murid juga diminta terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan Ujian Sekolah bagi anak-anak mereka yang sedang bersama mereka di rumah. Orangtua/wali murid diharapkan dapat mendampingi anak-anaknya, menginformasikannya kepada panitia pelakasana Ujian apabila anak-anaknya tidak dapat mengikuti Ujian Sekolah dengan baik, atau singkatnya memberitahu kepada pihak sekolah tentang berlangsungnya pelaksanaan Ujian anak-anaknya. Betapa tidak efektif dan efisiennya proses ini, namun mau tidak mau proses seperti ini harus dilakukan selama pandemi Covid19 belum dinyatakan berkurang/atau hilang. 

photo 2022 04 05 10 13 00

Pelaksanaan Ujian Sekolah di tahun pelajaran 2021/2022 sedikit berbeda. Ujian Sekolah pada tahun ini dilaksanakan sejak hari Senin tanggal 28 Maret sampai dengan Selasa 5 April 2022. Tahun ini Pelaksanaan Ujian dilakukan secara Semi Online di mana peserta didik tetap melakukan Ujian secara online, namun semua peserta ujian di Wajibkan untuk berada di dalam kelas dengan menggunakan atribut sekolah secara lengkap dan mematuhi protokol Covid-19. Peserta didik mengikuti proses mulai dari simulasi peraturan pelaksanaan Ujian Sekolah sampai dengan Penggunaan Aplikasi E-Ujian dan Protokol Covid-19 demi memperlancar proses Semi Online yang akan diselenggarakan oleh panitia Ujian Sekolah. Peserta didik tetap diwajibkan membawa HP, Laptop atau sejenisnya ke dalam kelas untuk mengakses E-Ujian dalam bentuk link yang sudah disiapkan oleh panitia Ujian sesuai dengan jadwal yang telah dibagikan. Setiap ruang ujian didampingi oleh 2 orang guru pengawas seperti lazimnya. Jaringan internet yang digunakan oleh siswa selama mengikuti Ujian Sekolah disiapkan oleh sekolah, sehingga panitia Ujian dapat memblokir aplikasi-aplikasi lain yang mengganggu proses Ujian Sekolah.  Proses pengawasan Ujian Sekolah dilakukan secara ketat, setiap ruangan berisi 15-17 peserta Ujian sekolah. Jumlah siswa SMAS Katolik Villanova tahun Pelajaran 2021/2022 yang kini sudah melangsungkan Ujian Sekolahnya sebanyak 65 Peserta didik. Dengan demikian ada 5 (lima) ruang kelas yang dipergunakan sebagai kelas Ujian Sekolah. Waktu pelaksanaan Ujian Sekolah dimulai sejak pukul 08.00 WIT-13.00 WIT. Para Pengawas dan Peserta Ujian diwajibkan telah berada di Sekolah pukul 07.15 WIT untuk mempersiapkan kelas dan peserta Ujian dalam melaksanakan Ujian Sekolah.

Hari ini Selasa, 5 April 2022 adalah hari terakhir pelaksanaan Ujian Sekolah bagi Peserta Didik kelas XII Tahun pelajaran 2021/2022. Semua proses berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa kendala memang dialami oleh panitia, namun semuanya terlaksana dengan baik. Semoga hasil yang diperoleh semua peserta ujian tahun ini pun membanggakan. Amin

 

By_

#SA@PENA#

 

Selasa, 05 April 2022 00:27

PENERIMAAN CALON PESERTA DIDIKA BARU 2022/2023

Ditulis oleh

Hi...teman-teman semuanya, kini saatnya anda menentukan pilhan anda untuk melanjutkan studimu ke jenjang berikutnya. Ayo pilih SMA yang anda minati, tentu saja bahwa SMA tujuan anda harus yang berkompeten dan bermutu ya, supaya anda pun bisa mendapatkan apa yang anda harapkan. 

Mari bergabung bersama kami di SMAS Katolik Villanova Manokwari. Sekolah kami terbatas, mengingat pola pendidikan di SMAS katolik Villanova adalah boarding school. Berikut kami lampirkan info pendaftarannya;

 

         Covid 19 membuat Pendidikan ikut terpapar. Banyak pembicaraan yang menciutkan kualitas Pendidikan terutama pembentukan karakter anak di rumah. Dengan anak belajar dari rumah membuat orang tua banyak berperan pada proses belajar anak. Setelah lebih dari  9 bulan anak – anak belajar di rumah , terdapat beberapa kendala yang ditemukan oleh orang tua dan guru.

          Proses belajar sepenuhnya dari rumah. Orang tua dan anak harus terbiasa menyediakan suasana belajar di rumah. Anak menemukan sebuah kesenjangan suasana antara suasana belajar di rumah dan sekolah. Aktifitas belajar yang dilakukan di rumah butuh kontrol dari orang tua dengan menyediakan ruangan dan media belajar yang dibutuhkan. Anak – anak wajib menjalankan aktifitas seperti biasanya ke sekolah, untuk sekarang berangkat ke ruang belajar di rumah. Bangun pagi, mandi, dan berpakian seragam sekolah atau yang rapih dan bersih. Orang tua mengawasi dan rutin berkomunikasi dengan wali kelas atau guru mata pelajaran tentang penugasan dan kesiapan anak. Komunikasi yang dilakukan secara rutin dapat menyediakan Langkah antisipatif terhadap kendala yang ditemui.

          Guru secara kontinu menemukan cara menyediakan materi yang fleksible dan kontekstual. Anak tidak mesti dituntut untuk mampu menyelesaikan semua materi pembelajaran. Guru menyediakan materi dengan menggunakan  berbagai media interaktif kepada anak. Setiap anak tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis atau menggunakan apa yang telah diajarkan secara sama. Bobot sukarnya materi dapat diukur oleh guru dengan memberikan waktu pembelajaran yang panjang dari yang biasanya di dalam kelas. Guru mendapat kesempatan untuk mengukur sejauh mana orang tua berperan dalam mengkontrol proses belajar anak di rumah. Karakter anak juga mendapat perhatian penting. Guru tidak lupa mendiskusikan perkembangan anak – anak selama di sekolah dan membandingkannya dengan yang di rumah bersama orang tua. Anak akan sangat aktif dengan aktifitas harian di rumah, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan alam sekitar melalui tugas – tugas harian. Anak dapat diminta berjalan – jalan dan mengamati apa yang terjadi di sekitar rumah pada masa pandemi ini dan menuliskan untuk tugas Sosiologi, contohnya.  Anak – anak diusahakan belajar secara langsung di rumah dengan berinteraksi langsung dengan orang tua, alat/benda, dll yang dapat dijumpai di rumah.
            Masa Pandemi membutuhkan kerja sama antara orang tua dan guru untuk menyediakan suasana belajar di rumah dan materi pembelajaran yang kontekstual juga fleksble. Semoga , Semua cepat berlalu. Salam!

Oleh Mery Bame

*Artikel ini pernah dinaikan di Dipta Papua

Cari

Pengunjung

2155380
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
2313
2136073
65209
2155380

Your IP: 18.97.14.81
2024-12-02 23:45